Rabu, 01 Agustus 2012

Penularan Seni

Penularan Seni

            Didalam lembaga pendidikan seni terdapat penularan seni yang mempunyai sistem-sistem yang mempersiapkan sebagai calon seniman. Antara sistem yang satu dengan sistem yang lain sangat berpepengaruh, tidak ada sistem yang lebih unggul atau sistem yang tidak unggul. Sistem-sistem itu adalah sebagai berikut.
1. Sistem Aprentisip
            Sistem aprentisip dalam pendidikan seni adalah pengorganisasian perangkat komponen pengajaran atau pelatihan seni yang terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut adalah
 seniman master sebagai pelatih atau pengajar, aprentis sebagai pelajar atau murid, dan prosedur berkesenian sebagai bahan yang diajarkan.
            Seniman master merupakan sebutan seniman yang diberikan masyarakat karena mempunyai kualitas dan tingkat berkesenian yang luas biasa. Karakteristik dari seorang master adalah mempunyai motivasi untuk menularkan kemahirannya dalam berkesenian kepada orang lain terutama bakal calon seniman tanpa mempunyai rasa khawatir mendapat saingan.
            Aprentis merupakan sebutan untuk bakal calon seniman atau pelajar. Dalam cerita pewayangan aprentis identik dengan sebutan cantrik dikarenakan keduanya mempunyai karakteristik yang sama. Pada waktu nyantrik, dalam menerima perintah atau petunjuk dari master seharusnya cantrik  melakukannya dengan suka cita dan menurutinya tanpa perlawanan sedikitpun. Seorang cantrik juga seharusnya mempunyai motivasi yang kuat dan berpotensi kepatutan untuk pekerjaan yang dilakukan.
            Prosedur berkesenian merupakan bahan ajar yang ditularkan dari master kepada aprentis. Bahan ajar di ambil dari kemahiran seorang master berdasarkan pengalaman pribadinya yang dikuasai sejak kemampuan berupa keterampilan dasar, keterampilan lanjut, dan keterampilan matang atau kemahiran itu.
2. Sistem Pewarisan
            Sistem pewarisan merupakan system aprentisip khusus karena komponen penular adalah orang tua sebagai master atau pengajar dan komponen tertular adalah anak kandung sebagai aprentis atau pelajar. Sedangkan bahan pelajarnya tidak jauh berbeda dengan sistem aprentisip.
            Dalam perkembangannya dalam sistem pewarisan tidak lagi keterampilan yang diwariskan melainkan nama besar yang disandang oleh orang tua. Seperti sang seniman, empu, master, dan maestro. Sebutan ini telah melekat pada diri seseorang berkat benganugerahan yang diberikan masyarakat karena mempunyai kualitas dan tingkat berkesenian yang luas biasa.
            Dari segi proses pembelajarannya, sistem ini memiliki nuansa yang lain karena hubungan emosional yang tinggi antara komponen pengajar dan pelajar. Intensitas dan ketekunan pengajar dalam menularkan kesenimanannya kepada pewarisnya amat tinggi. Motivasi melestarikan nama besar yang disandangnya lebih besar dari pada melestarikan seni sebagai unsure budaya itu sendiri.
3. Sistem Akademik
            Sistem akademik merupakan suatu pengorganisasian perangkat komponen pengajar, pelajar, dan bahan pembelajaran. Di samping komponen-komponen tersebut, terdapat komponen penunjang yang disebut kurikulum. Inti dari isi kurikulum adalah visi dan misi pendidikan seni yang mendeskripsikan sosok seniman tertentu yang efektif dan motorik. Serta bahan kajian dan pelajarannya disusun atas dasar kosekuensi atau berurutan. Dalam arti bahan kajian serta pelajaran dasar yang dikajikan mendahului bahan yang lain yang di dasari dan bahan pelajaran praktek selalu didasari bahan pelajaran teori.
            Pelaksanaan proses pembelajaran yang berpedoman pada kurikulum meliputi sejumlah tenaga professional yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Sebagian ahli dalam bidang praktek berkesenian dan sebagian ahli dalam teori seni. Tenaga ahli dalam bidang praktek tidak cukup disandang oleh seniman professional karena harus menguasai masalah pendidikan khususnya pengajaran.
4. Sistem Sanggar
            Sistem sanggar merupakan system pendidikan seni yang proses penularannyaberlangsung melalui tukar menukar pengalaman oleh anggota sanggar. Proses ini dapat terjadi secara terprogram seperti halnya pendidikan seni yang bersistem aprentisip atau akademik. Namun, juga dapat terjadi secara terprogram artinya proses interaksi antara penular dan tertular terjadi tanpa direncanakan oleh kedua belah pihak. Kadang-kadang yang terjadi hanyalah pihak tertular secara diam-diam mengadopsi sebagian dari kinerja seniman penular yang sesame anggota sanggar. Inilah proses penularan yang disebut pendidikan seni informal.
5. Sistem Otodidak
            Dalam pendidikan seni informal terdapat sistem yang lazim disebut sebagai system otodidak. Sistem otodidak  merupakan mendidik diri sendiri, belajar dengan guru atau dengan guru informal. Keberhasilannya tergantung pada motivasi serta bakat yang dimiliki. Selain itu juga turut menentukan sikap terbuak terhadap masukan-masukan berupa kritik dan ide-ide baru yang datang. Baik dari kepustakaan dan pagelaran, maupun dari nara sumber.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar