Penularan Seni
Didalam
lembaga pendidikan seni terdapat penularan seni yang mempunyai sistem-sistem
yang mempersiapkan sebagai calon seniman. Antara sistem yang satu dengan sistem
yang lain sangat berpepengaruh, tidak ada sistem yang lebih unggul atau sistem
yang tidak unggul. Sistem-sistem itu adalah sebagai berikut.
1. Sistem Aprentisip
Sistem
aprentisip dalam pendidikan seni adalah pengorganisasian perangkat komponen
pengajaran atau pelatihan seni yang terdiri dari sejumlah komponen. Komponen
tersebut adalah
seniman master sebagai pelatih atau pengajar, aprentis sebagai pelajar atau murid, dan prosedur berkesenian sebagai bahan yang diajarkan.
seniman master sebagai pelatih atau pengajar, aprentis sebagai pelajar atau murid, dan prosedur berkesenian sebagai bahan yang diajarkan.
Seniman
master merupakan sebutan seniman yang diberikan masyarakat karena mempunyai
kualitas dan tingkat berkesenian yang luas biasa. Karakteristik dari seorang
master adalah mempunyai motivasi untuk menularkan kemahirannya dalam
berkesenian kepada orang lain terutama bakal calon seniman tanpa mempunyai rasa
khawatir mendapat saingan.
Aprentis
merupakan sebutan untuk bakal calon seniman atau pelajar. Dalam cerita
pewayangan aprentis identik dengan sebutan cantrik dikarenakan
keduanya mempunyai karakteristik yang sama. Pada waktu nyantrik, dalam menerima
perintah atau petunjuk dari master seharusnya cantrik melakukannya
dengan suka cita dan menurutinya tanpa perlawanan sedikitpun. Seorang cantrik
juga seharusnya mempunyai motivasi yang kuat dan berpotensi kepatutan untuk
pekerjaan yang dilakukan.
Prosedur
berkesenian merupakan bahan ajar yang ditularkan dari master kepada aprentis.
Bahan ajar di ambil dari kemahiran seorang master berdasarkan pengalaman
pribadinya yang dikuasai sejak kemampuan berupa keterampilan dasar,
keterampilan lanjut, dan keterampilan matang atau kemahiran itu.
2. Sistem Pewarisan
Sistem
pewarisan merupakan system aprentisip khusus karena komponen penular adalah
orang tua sebagai master atau pengajar dan komponen tertular adalah anak
kandung sebagai aprentis atau pelajar. Sedangkan bahan pelajarnya tidak jauh
berbeda dengan sistem aprentisip.
Dalam
perkembangannya dalam sistem pewarisan tidak lagi keterampilan yang diwariskan
melainkan nama besar yang disandang oleh orang tua. Seperti sang seniman, empu,
master, dan maestro. Sebutan ini telah melekat pada diri seseorang berkat
benganugerahan yang diberikan masyarakat karena mempunyai kualitas dan tingkat
berkesenian yang luas biasa.
Dari
segi proses pembelajarannya, sistem ini memiliki nuansa yang lain karena
hubungan emosional yang tinggi antara komponen pengajar dan pelajar. Intensitas
dan ketekunan pengajar dalam menularkan kesenimanannya kepada pewarisnya amat
tinggi. Motivasi melestarikan nama besar yang disandangnya lebih besar dari
pada melestarikan seni sebagai unsure budaya itu sendiri.
3. Sistem Akademik
Sistem
akademik merupakan suatu pengorganisasian perangkat komponen pengajar, pelajar,
dan bahan pembelajaran. Di samping komponen-komponen tersebut, terdapat
komponen penunjang yang disebut kurikulum. Inti dari isi kurikulum adalah visi
dan misi pendidikan seni yang mendeskripsikan sosok seniman tertentu yang
efektif dan motorik. Serta bahan kajian dan pelajarannya disusun atas dasar
kosekuensi atau berurutan. Dalam arti bahan kajian serta pelajaran dasar yang
dikajikan mendahului bahan yang lain yang di dasari dan bahan pelajaran praktek
selalu didasari bahan pelajaran teori.
Pelaksanaan
proses pembelajaran yang berpedoman pada kurikulum meliputi sejumlah tenaga
professional yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Sebagian ahli dalam
bidang praktek berkesenian dan sebagian ahli dalam teori seni. Tenaga ahli
dalam bidang praktek tidak cukup disandang oleh seniman professional karena
harus menguasai masalah pendidikan khususnya pengajaran.
4. Sistem Sanggar
Sistem
sanggar merupakan system pendidikan seni yang proses penularannyaberlangsung
melalui tukar menukar pengalaman oleh anggota sanggar. Proses ini dapat terjadi
secara terprogram seperti halnya pendidikan seni yang bersistem aprentisip atau
akademik. Namun, juga dapat terjadi secara terprogram artinya proses interaksi
antara penular dan tertular terjadi tanpa direncanakan oleh kedua belah pihak.
Kadang-kadang yang terjadi hanyalah pihak tertular secara diam-diam mengadopsi
sebagian dari kinerja seniman penular yang sesame anggota sanggar. Inilah
proses penularan yang disebut pendidikan seni informal.
5. Sistem Otodidak
Dalam
pendidikan seni informal terdapat sistem yang lazim disebut sebagai system
otodidak. Sistem otodidak merupakan mendidik diri sendiri, belajar dengan
guru atau dengan guru informal. Keberhasilannya tergantung pada motivasi serta
bakat yang dimiliki. Selain itu juga turut menentukan sikap terbuak terhadap
masukan-masukan berupa kritik dan ide-ide baru yang datang. Baik dari
kepustakaan dan pagelaran, maupun dari nara sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar